Kenapa Berhenti?
Well, mungkin tulisan ini lebih terkesan seperti curhatan daripada sebuah opini. Tepat di hari Rabu tanggal 5 April 2015 saya resign dari pekerjaan. Setelah saya berhenti dari tempat itu, otomatis saya memiliki lebih banyak waktu luang untuk kegiatan lain karena saya tidak harus bekerja setiap hari lagi seperti sebelumnya. Berkat kehadiran saya di berbagai kesempatan saya pun bertemu dengan banyak teman. Mereka banyak bertanya tentang kabar saya, termasuk perihal kondisi perkerjaan saya. Sebenarnya itu sah-sah saja, mengingat biasanya saya sudah "tenggelam" karena diketahui sudah bekerja, tapi kok nongol lagi? Pertanyaan standar pun mulai menyapa saya, seperti, "gimana kerjaannya?", "masih kerja di situ?", "udah berenti kerja yah, kok bisa ikut acara ini?"
Jenuh. Satu kata yang mewakili perasaan saya terhadap berbagai pertanyaan yang orang lain lemparkan kepada saya. Belum lagi reaksi mereka kalau tahu saya sudah resign. Yah, kalau hanya sekedar tahu saja sih tidak masalah. Yang saya kurang senangi adalah ketika mereka mulai berargumen, "kok berhenti?", "kan sayang cari pekerjaan itu susah", "payah deh kamu, belum apa-apa udah berenti", "kan biasanya kalo kerja jadi perawatpun sabtu-minggu tetap masuk". Dan berbagai komentar lain yang sebenarnya malas untuk saya tanggapi. Tapi itulah hidup, apapun keputusanmu akan mengundang komentar dan pertanyaan dari orang lain, termasuk komentar miring.
Untung saja sebuah sistem dari alam bawah sadar saya sering mengingatkan saya bagaimana saya harus menyikapi hal ini. Pengalaman-pengalaman hidup saya memberikan kemudi mental bagi saya, bahwa kita tidak perlu takut untuk menjadi diri kita sendiri, untuk menunjukkan pilihan kita, toh seperti yang saya sudah bilang, apapun keputusan kita pasti mengundang berbagai macam komentar. Jadi yang perlu dibentengi adalah diri kita sendiri. Bagaimana kita mengolah komentar orang-orang itu di dalam pikiran kita, apakah kita mau 'terlalu peduli' dengan perkataan orang lain atau tidak ambil pusing. Dan dari pengalaman hidup saya, tidak ambil pusing adalah pilihan yang tepat.
Bukan berarti saya menjadi selalu merasa paling benar atau tidak mau lagi mendengar pendapat orang lain, hanya saja saya tahu saya sudah besar, umur saya sudah kepala dua lewat dua tahun, sayalah yang paling mengerti apa yang membuat saya nyaman atau tidak. Toh, yang menjalaninya saya. Berkaca dari pilihan saya di masa lalu, saya sering mengambil keputusan atas dasar saran orang lain. Bahkan saya pernah membuat pilihan karena takut nanti dibilang orang ini-itu. Mendengarkan pendapat orang lain itu penting, karena itu bisa menjadi daftar referensi kita dalam membuat keputusan. Tapi tidak dibenarkan kalau kita menjadi orang yang tidak berprinsip dan takut menjadi diri sendiri hanya karena komentar orang. Karena pada akhirnya kita bakal sadar kok, kalau orang lain tidak akan benar-benar peduli sama kita. Mungkin mereka akan berkomentar di depan kita, membicarakan kita di kafe, atau dimanapun setiap ada kesempatan mereka berkumpul dengan teman untuk bergosip. Tapi lihatlah ketika mereka pulang, ketika mereka makan, ketika mereka akan tidur, apakah mereka memikirkan kita? Atau jika diterapkan pada kasus saya, apakah mereka akan berpikir seperti ini, "Aduh inta sudah berenti kerja. Ada duit gak yah dia sekarang? Udah makan gak yah dia sekarang?"..... Tidak kan?
Sebagai penutup dari tulisan ini adalah saya sangat menghargai pendapat orang lain tentang diri saya, itu artinya mereka peduli pada saya. Tapi saya punya prinsip dan saya sudah membuat keputusan. Saya tidak perlu merasa bersalah atau menyesal atas keputusan saya, hanya karena pendapat orang lain yang terdengar seperti menggoyahkan opini saya. Seperti kutipan dialog dari film Fast & Furious, "life is simple, you make a choice and don't look back."
Maaf karena saya tidak memaparkan alasan saya resign karena itu sangat personal bagi saya. Biarlah orang lain berpendapat dari sudut pandang mereka. Saya hanya tidak ingin menyinggung pihak manapun. Yang jelas saya memilih ini karena saya tahu jelas tentang hal yang menjadi dasar pilihan saya itu.
Ps. Semoga kamu pun berani membuat pilihanmu sendiri! Have a nice day ^^
Setiap orang punya pilihan untuk mendapatkan yang baik diantara yg terbaik.. smoga pilihan mba utk resign dri pekerjaan adalah kputusan yg tepat, walau aku sendiri gak tau alasannya knapa hehe..
BalasHapusSalam kenal ya.. Salam jabat erat slalu
Senang bisa menemukan blog ini di Komunitas Blogger Perempuan..
oh iya.. follow back ya blog aku
ditgu kunjungannya.
tengkyu...
Iya, terima kasih yah buat supportnya. Iya aku pasti follback. Sering mampir2 ke blog aku yah :)
HapusKakak pasti tahu pilihan kakak untuk resign itu adalah pilihan yang terbaik untuk kakak, semangat terus ya kaak
BalasHapusiya, terima kasih tatalitha :)
Hapus