Menentukan Pilihan
Banyak orang mengatakan bahwa hidup adalah
perjuangan. Hidup adalah sesuatu yang harus diusahakan. Tak dapat dipungkiri tidak
sedikit penderitaan yang dialami banyak orang dalam hidupnya. Terlepas dari
berbagai definisi dan sudut pandang tentang hidup, ada hal penting yang mesti
disadari, yaitu bahwa hidup adalah tentang membuat keputusan di setiap saatnya.
Tak jarang kita dihadapkan pada pilihan ingin makan nasi atau makan mie, ingin
mengenakan baju yang berwarna merah atau hitam, ingin menunda menikah atau
segera naik ke pelaminan. Pilihan-pilihan sederhana seperti kita akan makan
apa, lebih memilih sepatu yang mana untuk dipakai ke pesta adalah
pilihan-pilihan yang tidak mengundang risiko yang terlalu besar, namun
bagaimana jika pilihan-pilihan yang harus dibuat adalah mengenai perkara yang
lebih besar dan serius, yang dapat memengaruhi keadaan bahkan hidup kita? Itu
semua pilihan.
Namun terkadang menentukan pilihan terasa berat,
ketika kita tidak mengenal dan memahami persoalan tersebut secara sistemik dan
mendetail. Sering kita merasakan ada konflik di dalam diri kita oleh karena
pilihan yang kita buat. Kita dihantui perasaan menyesal karena terlambat
memahami persoalan tersebut. Jika Anda pernah mengalaminya, Anda bukanlah
satu-satunya orang di dunia ini yang mengalaminya. Baru-baru ini saya merasa
menyesal dengan keputusan yang saya buat. Ketika itu saya masih diliputi emosi
yang tak keruan dan persepsi saya dipengaruhi oleh keadaan sekitar bahkan
pendapat orang lain. Setelah waktu berjalan, ketika saya hanya bersama dengan
“diri saya”, saya memiliki jarak dengan pemikiran orang lain, saya berjarak
dengan emosi dan prasangka saya hingga akhirnya saya dapat memahami persoalan
yang tengah saya hadapi. Saya sadar bahwa kejernihan berpikir juga menuntut
waktu. Sekarang saya tahu apa yang tepat saya pilih, namun hal itu sudah
terlambat. Saya tidak dapat berlari kembali pada waktu yang telah lalu, saya
hanya bisa memetik pelajaran dari apa yang sudah saya alami.
Kejadian ini mengingatkan saya untuk dapat tetap
tenang apapun situasi yang sedang terjadi. Karena hanya di dalam ketenangan
kita dapat berpikir jernih dan mengambil keputusan dengan tepat. Kejadian ini
juga mengingatkan saya untuk tidak mengambil keputusan berdasarkan emosi
semata. Meski terkadang sulit membedakan mana yang merupakan “emosi” kita dan
mana yang disebut dengan “kata hati”. Tidak ada yang dapat saya lakukan untuk
mengubah kenyataan, semuanya telah terjadi. Dan saya harus berani menanggung
risiko dan konsekuensi dari apa yang telah saya pilih. Semoga saya dapat
menjadi pribadi yang lebih bijak dan tidak mudah dipermainkan oleh keadaan.
Semoga dengan pengalaman ini pemikiran kritis saya semakin terasah, sehingga
saya tidak hanya mudah percaya dengan apa yang dikatakan oleh orang lain, saya
pun tidak mudah percaya dengan pikiran yang muncul dalam otak saya. Semuanya
itu perlu diuji kebenarannya, ketepatannya, dan keperluannya, supaya saya tidak
perlu selalu menyesal setiap kali saya membuat pilihan…
Komentar
Posting Komentar