Hari Pertama Ke Kampus
11 Juli 2016
Pagi ini rencananya aku akan menemui pembimbing utama
skripsiku, sebut saja Nyonya S. Seperti biasa masih pukul lima pagi alarm
hapeku sudah berbunyi dan membangunkanku dari mimpi aneh semalam. Tapi
sayangnya upaya alarmku itu tidak begitu berhasil. Beberapa detik setelahnya,
aku tak mampu melawan rasa kantukku dan aku pun tidur lagi. Alhasil aku baru
benar-benar bangun jam tujuh setelah sebelumnya aku berdoa. Aku makan buah apel
dan minum air putih hangat. Ekspektasiku berkembang liar, bahwa pagi ini tepat
pukul setengah delapan aku sudah otw ke kampus dan di sana ada tiga target yang
akan menyambutku dengan senyuman manis plus pelukan hangat (oh ya, yang
terakhir itu aku rasa sedikit berlebihan). Tiga orang targetku itu adalah kedua
dosen penguji dan tentunya Nyonya S tadi.
Well, tampaknya ini salah satu kebiasaan burukku, yaitu,
senang menunda-nunda sesuatu. Jika ada orang yang berpegang teguh pada prinsip,
apapun yang bisa dikerjakan hari ini,
maka kerjakan saja. Lain halnya denganku, apa saja bisa ditunda dulu,
kenapa musti tergesa-gesa toh selama waktu belum berteriak di telingaku dengan
menyerukan kalimat menyeramkan, “hei, cepat kau lakukan sekarang, atau kau akan
mati!” Jadi ujung-ujungnya aku baru berangkat jam sembilan. Setidaknya sebelum
aku pergi, aku telah meraih kemenangan-kemenangan kecil dengan menulis ulang
lembar konsultasiku yang hilang setelah flashdisku dicolok di sebuah rental.
Hanya intermezzo saja, aku sempat marah-marah tak jelas dan memaki kasar
perempuan yang waktu itu mencolokkan flahdisku di komputer rental itu dalam hati dengan
sebutan bodoh. Bukan bodoh kecil, tapi bodoh yang bermakna
caps lock semua seperti ini: BODOH! Iya, jadi minggu lalu aku sudah mengetik
lembar konsultasiku dan bodohnya aku (yang ini bodoh kecil) langsung
menyimpannya di flashdisk saja. Waktu itu aku sangat buru-buru karena ingin
mengejar dosen pembimbing keduaku untuk konsul jam dua siang. Setelah dengan
perjuangan berat karena saat itu attention spamku sudah sangat penuh jadi aku
tidak bisa konsentrasi lagi mengetik, tapi demi menyelesaikan ini semua aku
lawan rasa penatku. Dengan keadaan motor yang mulai kehabisan bensin, aku terus
menarik gas sambil harap-harap cemas dalam hati, “tolong jangan mati dulu! Nanti
aku akan memberimu minum bensin, tapi setelah aku sampai ke tempat rental,
dasar sampah tak berguna!”
Akhirnya aku tiba di rental itu, dan disambut dengan
senyuman aneh dua perempuan yang tak bisa dimengerti apa maksudnya. Tanpa
basa-basi aku menyampaikan maksudku untuk mengeprint seraya menyerahkan
flashdisku. Semua file yang telah kubuat satu folder ada dan tampaknya semuanya
baik-baik saja hingga sesaat setelah semua skripsik diprint folder yang berisi
file-file tadi mendadak hanya tinggal satu file saja. “Kemana, file lembar
konsultasiku??!” Pekikku dalam batin. Perempuan berkerudung merah tadi yang
senyumnya aneh itu dengan santainya mengatakan kalau flahdisku kena virus. Dan
berulang kali ia mengecek flashdiskku hasilnya tetap sama, lembar konsultasiku
hilang!!! Itulah yang membuatku harus mengetik ulang pagi ini.
Sesampainya di kampus, firasatku langsung berkata, “ada yang
tidak beres”. Setelah beberapa revisi aku print di cyber dan semuanya telah
siap aku langsung menuju kampus dan mendapatkan kampus terlihat sangat lengang.
Dan akademik D-III, tempat dimana Nyonya S yang agung bersemayang tampak
terkunci. Dengan derap langkah layaknya seorang tentara junior yang sedang
latihan, aku berjalan menuju Akademik D-III dan memastikan bahwa pintunya memang
terkunci. Bebarapa kali aku dorong pintu itu seolah tak dapat menerima
kenyataan bahwa pintunya terkunci, tak hanya itu aku mengintip dari jendela
berharap ada seseorang yang berjalan di dalam tapi tetap tidak ada siapa-siapa.
Aku tak ingin melihat penampakan di situ, jadi aku ubah tujuanku menuju lokasi
lain. Sambil melihat-lihat ke arah atas seperti seorang pemeran dalam film
horror, tiba-tiba dua orang yang bekerja di kampus tampak sedang mengangkat
barang-barang. Ia bertanya aku sedang mencari siapa, dan aku menjawab maksud
dan tujuanku. Dari wawancara singkat tersebut aku mendapatkan informasi bahwa
Nyonya S sedang dirawat di Rumah Sakit karena post operasi. Sedangkan
dosen-dosen lain sedang bersilahturami ke rumah satu sama lain (ini kan masih
suasana lebaran). Aku pulang dengan perasaan hampan, langkah gontai, dan harapan yang telah berubah menjadi pertanyaan besar “kapan aku bisa maju sidang hasil??!”, dan tentunya merasa iba karena berita sakit Nyonya S.
Well, aku tak bisa terlalu banyak menggerutu,
setidaknya aku telah berusaha dengan segenap hatiku dan dengan segenap jiwa
ragaku. Lagu Last Child bermain di kepalaku layaknya soundtrack film, tepat saat bait reffnya dinyanyikan, “setidaknya diriku pernah
berjuaaaang….”
Komentar
Posting Komentar