Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2017

Antara Nervous dan Excited

Sebenarnya aku tidak tahu mau menulis apa, tapi karena aku sudah berkomitmen untuk menulis di hari-hari yang sudah aku tentukan jadi aku "paksakan" diri ini untuk menulis, hehe. Karena konsistensi dan komitmen itu perlu jika kita ingin sukses. Berhubung aku tidak tahu ingin menulis apa, jadi aku akan bercerita saja tentang hari-hariku belakangan ini. Aku sudah membuat banyak pilihan dan satu dari sekian pilihan itu adalah keputusan yang mengandung banyak risiko dan konsekuensi. Jujur, ketika orang terdekat membantuku untuk menganalisa dan menguraikan risiko-risiko yang pasti dan mungkin terjadi karena pilihanku itu aku merasakan sedikit takut. "Apakah aku bisa?", "Apakah aku siap dengan semuanya ini?", dan lain sebagainya. Beruntung ketika aku jalan-jalan di Youtube aku menemukan sebuah channel yang menurutku sangat usefull dan mungkin bisa menginspirasi kalian juga. Namanya Mel Robbins. Aku tidak tahu apa profesi beliau sebelumnya, yang jelas ia

Kenapa Berhenti?

Well, mungkin tulisan ini lebih terkesan seperti curhatan daripada sebuah opini. Tepat di hari Rabu tanggal 5 April 2015 saya resign dari pekerjaan. Setelah saya berhenti dari tempat itu, otomatis saya memiliki lebih banyak waktu luang untuk kegiatan lain karena saya tidak harus bekerja setiap hari lagi seperti sebelumnya. Berkat kehadiran saya di berbagai kesempatan saya pun bertemu dengan banyak teman. Mereka banyak bertanya tentang kabar saya, termasuk perihal kondisi perkerjaan saya. Sebenarnya itu sah-sah saja, mengingat biasanya saya sudah "tenggelam" karena diketahui sudah bekerja, tapi kok nongol lagi? Pertanyaan standar pun mulai menyapa saya, seperti, "gimana kerjaannya?", "masih kerja di situ?", "udah berenti kerja yah, kok bisa ikut acara ini?" Jenuh. Satu kata yang mewakili perasaan saya terhadap berbagai pertanyaan yang orang lain lemparkan kepada saya. Belum lagi reaksi mereka kalau tahu saya sudah resign. Yah, kalau hanya sek

Terjebak Kontrak Kerja?

Kalimat terakhir yang dilontarkan ibuku benar-benar menohok hati. Aku tahu maksudnya ingin memotivasiku agar semangat mencari pekerjaa, tapi itu justru membuatku yang pada saat itu belum cukup matang malah terburu-buru membuat keputusan. "Apapun pekerjaannya akan kulakukan, yang penting aku bisa membuktikan pada mama bahwa aku bisa mencari pekerjaan sendiri, tanpa perlu disuap." Kira-kira begitulah pikirku saat itu. Tampaknya melupakan pelajaran hidup yang sudah didapat juga harus diingat sebagai pelajaran hidup juga. Padalah sudah sering aku catat di dalam otakku kalau membuat keputusan di tengah emosi yang tak bergejolak tidaklah baik. Akupun sembarangan dalam menerima pekerjaan dan kabar barunya adalah bahwa pekerjaan itu menggunakan sistem kontrak. Tapi tak ada masalah yang tak memberikan hikmah. Setelah kejadian itu aku menjadi semakin ingin tahu tentang dunia kerja termasuk pekerjaan dengan sistem kontrak. Well, kontrak kerja bisa menguntungkan bisa juga tidak. Bis