Postingan

Menampilkan postingan dari 2014

Today with Erik

Hari ini aku berkunjung ke rumah beberapa teman. Berawal di pagi hari aku misa Minggu di parokiku bersama mama dan pacarku, Erik yang kemarin baru sampai dari Singkawang. Lalu jam sebelas aku pergi ke rumah Eta. Di sana aku bertemu dengan Desi, Lia, Paul pacarnya Eta, dan Eta tentunya. Abis dari rumah Eta, aku balik lagi ke rumahku. Kami natalan di rumah Dara, abis itu baru ke rumahku. Tidak terasa waktu berjalan menghantar kami kira-kira ke pukul empat sore. Kami melanjutkan natalan kami ke rumah Desi dan Lia. Sebenarnya orang-orang yang kami temui hanya itu-itu saja, karena kami hanya saling berkunjung. Malam hampir tiba sekitar jam enam sore kami pulang ke rumah masing-masing. Aku mengantar Dara ke rumahnya dulu baru setelah itu aku melanjutkan perjalanan dengan Erik. Sebenarnya bukan apa-apa, selain bisa ngobrol banyak dan ketawa tiwi sama teman aku lebih senang lagi karena bisa melalui satu hari ini bersama Erik. Hampir setengah tahun kami LDR akhirnya pas libut natal ini kami bi

Natal

Natal. Satu kata penuh makna. Mempunyai arti kelahiran, tapi bukan cuma itu buat aku. Natal juga berarti kebahagiaan. Menyambut seseorang lahir itu bahagia, apalagi menyambut kelahiran Tuhan. Ia rela menjelma menjadi manusia, bahkan merasakan kepedihan melebihi dari manusia biasa, untuk membuktikan cinta-Nya yang amat besar dan untuk menyelamatkan manusia. Tahun ini menjadi tahun terberat buatku. Banyak hal diluar dugaanku terjadi. Mulai dari dinas kuliah yang semakin berat, punya pacar baru yang baik hati, sampai aku harus pindah ke kota Singkawang untuk melanjutkan sisa kuliahku di sana. Aku bersyukur semuanya dapat aku lewati, tapi kalau mengingat apa yang akan aku hadapi lagi nanti itu jauh lebih berat. Aku tidak tahu. Kalau pikiranku tiba-tiba mengingatnya aku pasti cepat-cepat melupakannya. Ah, aku tidak tahu. Mudah-mudahan Natal juga menjadi hari kelahiran untuk keberanianku, semangatku, cita-citaku, dan kekuatanku untuk melalui hari yang akan datang. Amin.

Percaya Atau Tidak

Gambar
Aku tidak percaya takdir. Aku percaya semua yang kita alami dalam hidup ini berawal dari pilihan kita sendiri.

Tentang Menulis

Menulis saat kita merasakan apa yang kita tulis itu lebih mudah ketimbang menulis sesuatu yang sudah tidak lagi kita rasakan.

Pulang

Gambar
Akhirnya setelah beberapa bulan aku pindah ke Singkawang karena urusan kuliah aku bisa melepaskan diri sejenak dari kepenatan yang selalu menemani hari-hariku. Aku bisa kembali pulang ke rumah untuk libur Natal dan tahun baru. Walaupun aku tahu ini cuma untuk sementara tapi setidaknya aku bisa menghirup nafas lega selama dua minggu. Setelah tiga bulan menjalani masa praktik klinik aku kembali masuk teori di kelas dan rasanya itu sangat memuakkan, karena aku tidak suka kuliah di situ. Setelah beberapa minggu belajar kami UTS. Dan setelah UTS tidak ada masuk kelas, jadi aku putuskan untuk pulang. Selasa tanggal 17 Desember aku ingat pagi itu katanya ada kelas untuk mata kuliah Gawat Darurat. Saat aku sampai ke kampus ternyata dosennya tidak masuk. Besoknya juga dibilang kalau tidak ada dosen yang masuk. Spontan aku semangat empat lima siap-siap pulang ke Pontianak. Aku membereskan kontrakanku. Tapi tiba-tiba ada kabar mengejutkan, aku harus mengurus beberapa hal yang harus aku selesaika

Cuci Motor Gratis

Tadi aku pergi ke tempat cuci motor. Awalnya niatku adalah mau cuci motor di tempat cuci motor yang tidak jauh dari rumahku. Aku sudah siapkan satu buku yang bisa aku baca sembari menunggu motorku dicuci. Tapi pas aku lewat situ ternyata tempat cuci motornya belum buka. Aku pun melaju menuju kampus untuk absen elektronik. Sesudah itu aku cari tempat cuci motor yang lain. Dan akhirnya aku menemukannya! :D Aku biarkan bapak berbaju merah mencuci motorku sedangkan aku duduk di kursi sambil membaca buku yang aku bawa. Ada papan bertuliskan daftar harga di dekat situ. Untuk cuci motor biasa harganya sepuluh ribu, kalau tambah poles lima belas ribu, dan pengunjung yang datangnya paling awal dapat paket gratis. Selama aku membaca pikiranku tiba-tiba melayang. Aku mengkhayal, motorku sudah selesai dicuci dan aku berniat membayar, "berapa pak?" "Oh, ndak usah dek. Karena adek pengunjung pertama jadi adek dapat cuci motor gratis." Jawab bapak itu. Aku tertawa sendiri memba

Musuh Terberat

Musuh terberat dalam hidup adalah diri kita sendiri. Melawan gelombang perasaan yang tak menentu dan berusaha mengalahkannya setiap hari. Mencoba melupakan penyesalan yang menghantui tiap waktu. Melangkah dan terus melangkah sambil membawa luka tanpa harus mengingatnya.

Akhirnya

Akhirnya setelah bertempur dengan rasa malas, aku bisa benar-benar menumpahkan rasa malasku besok. Selama hampir satu minggu harus kuliah dengan tidak ikhlas, kini aku bisa merasakan hari libur. Memang aku menjalani kuliah hanya seperti sebuah keharusan, karena dari itu waktu libur sangat berharga bagiku, dimana aku bisa merasa nyaman dan bebas menjadi diriku sendiri, tanpa harus memakai seragam atau benda aneh dikepalaku setiap aku ke kampus. Walaupun aku tahu Senin ini ada UTS (Ujian Tengah Semester) tapi setidaknya ada hari dimana aku tidak perlu pergi ke tempat yang sebenarnya tidak ingin aku kunjungi, kampus. Dan walaupun "akhirnya" untuk saat ini bukanlah "akhirnya" yang sesungguhnya, setidaknya aku bisa menghirup napas bebas. That's simple. Cuma butuh istirahat di tengah kepenatan. Bye yesterday :)

Yang Tak Terpisahkan

Gambar
Gambar dari Google.com Kesedihan dan kesenangan kadang sulit dibedakan. Saat berada dalam situasi yang pahit dan tempat yang kita benci sekalipun, pasti tetap ada hal yang akan kita kenang. Seperti orang-orang baik yang kita kenal saat melewati masa-masa sulit kita. Mereka seperti dua sisi mata uang yang tak bisa dipisahkan. Di satu sisi kau begitu membenci keadaan yang ada, tapi di sisi lain kau juga bersyukur karena Tuhan telah mempertemukan kau dengan orang-orang baik seperti mereka.

Rindu

Saat aku berumur 7 tahun ayahku sudah tidak ada. Beliau meninggal setelah dirawat di ruang perawatan ICU selama 13 hari. Sekarang aku sudah berumur hampir 20 tahun. Selama ini aku tidak pernah sungguh-sungguh menyadari ketidakhadirannya dalam hidupku. Aku pikir aku tidak bersedih karena kepergiannya. Aku ikhlas. Itu yang aku pikir sebelumnya. Tapi aku sadar bahwa selama ini aku telah melewati umur-umurku bersama rinduku yang tak pernah padam, malahan justru semakin membara. Di suatu pagi aku menonton sebuah acara talk show di televisi. Seorang bintang tamu hadir dalam acara itu. Sebenarnya tidak ada yang spesial. Tidak ada kata-kata sedih yang diumbarnya. Tapi entah kenapa, air mata dengan cepat membasahi pipiku. Aku sadar bahwa ia begitu mirip dengan almarhum ayahku. Air mataku mengalir deras sebanding dengan rasa rinduku yang terbendung selama bertahun-tahun dan kini telah tumpah lewat tangisku yang sedu sedan. Ayah, bisakah kita bertemu lagi? Bisakan kita jalan-jalan lagi seperti

Selamat Pagi

Selamat pagi mimpiku :) Apa kabarmu di sana? Bagaimana tidurmu semalam? Jangan lelah menungguku ya. Aku tidak pernah melupakanmu. Kan aku sudah bilang, ini cuma masalah waktu. Suatu saat kita akan selalu bersama. Selamanya. Baik-baik di sana... :)

Uncomfortable

Aku merasa seperti orang asing di sini. Seperti tak diperhatikan dan tak dianggap itu sedikit menyakitkan. Aku hanya berusaha bertahan. Bertahan dan bertahan.

Dear, my dreams

Dear, My dreams Tunggu saja aku. Jangan pernah berpikir untuk pergi karena terlalu lama menunggu. Aku tak pernah melupakanmu. Dan aku tak akan pernah menyia-nyiakan hal yang patut aku perjuangkan, untukmu. Kau hanya perlu menunggu. Aku akan terus berusaha supaya suatu saat kita bisa bersama. Ini cuma masalah waktu. Aku janji.

Bersamamu

Saat aku bersamamu, aku merasa seperti tak membutuhkan orang lain lagi. Kau adalah awan yang meneduhkanku dari panas amarahku. Aku seperti bekuan es yang mencair saat terjebak masuk dalam gelas berisi air hangat jika kau menenangkanku dengan kata-kata manismu. Tatapanmu sekejap saja buatku buru-buru menghapus memoriku yang tak patut kuingat. Kau memaksaku untuk kuat, karena menurutmu aku memang kuat. Maafkan aku bila aku terlalu sering mengeluh. Maafkan aku bila cerita-ceritaku membuatmu mencemaskan aku. Bukan maksudku seperti itu. Tapi terima kasih banyak. Berkatmu aku benar-benar menjadi kuat. Bersamamu membuatku tenang dan tak perlu mencemaskan apa-apa lagi...

Sadar

Kenapa aku baru sadar setelah pertemuan kita berakhir? Aku baru mengerti akan arti kehadiranmu di saat kau sudah tidak ada di sini. Aku baru mengerti betapa pentingnya kebersamaan yang telah kita lalui setelah kita berpisah. Selama ini aku terlalu sibuk dengan pikiranku sendiri tanpa mengingat pengorbananmu, terlebih aku tak sungguh-sungguh menghargainya. Di lain waktu, saat kita berjumpa lagi, aku janji, aku tak akan mengecewakanmu seperti kemarin. Seperti hari hari yang telah berlalu. Aku akan menikmati saat-saat kita bersama. Saat kau menatapku. Saat kau memegang erat tanganku. Saat kau ucapkan cinta padaku. Saat kau mengungkapkam impianmu, harapanmu, bersamaku kelak di khayalanmu, di suatu saat nanti. Aku janji...