Rindu
Saat aku berumur 7 tahun ayahku sudah tidak ada. Beliau meninggal setelah dirawat di ruang perawatan ICU selama 13 hari. Sekarang aku sudah berumur hampir 20 tahun. Selama ini aku tidak pernah sungguh-sungguh menyadari ketidakhadirannya dalam hidupku. Aku pikir aku tidak bersedih karena kepergiannya. Aku ikhlas. Itu yang aku pikir sebelumnya.
Tapi aku sadar bahwa selama ini aku telah melewati umur-umurku bersama rinduku yang tak pernah padam, malahan justru semakin membara. Di suatu pagi aku menonton sebuah acara talk show di televisi. Seorang bintang tamu hadir dalam acara itu. Sebenarnya tidak ada yang spesial. Tidak ada kata-kata sedih yang diumbarnya. Tapi entah kenapa, air mata dengan cepat membasahi pipiku. Aku sadar bahwa ia begitu mirip dengan almarhum ayahku. Air mataku mengalir deras sebanding dengan rasa rinduku yang terbendung selama bertahun-tahun dan kini telah tumpah lewat tangisku yang sedu sedan. Ayah, bisakah kita bertemu lagi? Bisakan kita jalan-jalan lagi seperti dulu? Bisakah kita makan mie goreng sama-sama lagi? Ayah, kapan kau mau memarahiku lagi? Ayah, kapan kau mau memaksaku memakai gincu merah lagi? Ayah, kapan kau menyuruhku untuk potong rambut lagi? Ayah, kapan kau membelikanku baju baru lagi? Ayah, kapan itu semua bisa kembali?
Tapi aku sadar bahwa selama ini aku telah melewati umur-umurku bersama rinduku yang tak pernah padam, malahan justru semakin membara. Di suatu pagi aku menonton sebuah acara talk show di televisi. Seorang bintang tamu hadir dalam acara itu. Sebenarnya tidak ada yang spesial. Tidak ada kata-kata sedih yang diumbarnya. Tapi entah kenapa, air mata dengan cepat membasahi pipiku. Aku sadar bahwa ia begitu mirip dengan almarhum ayahku. Air mataku mengalir deras sebanding dengan rasa rinduku yang terbendung selama bertahun-tahun dan kini telah tumpah lewat tangisku yang sedu sedan. Ayah, bisakah kita bertemu lagi? Bisakan kita jalan-jalan lagi seperti dulu? Bisakah kita makan mie goreng sama-sama lagi? Ayah, kapan kau mau memarahiku lagi? Ayah, kapan kau mau memaksaku memakai gincu merah lagi? Ayah, kapan kau menyuruhku untuk potong rambut lagi? Ayah, kapan kau membelikanku baju baru lagi? Ayah, kapan itu semua bisa kembali?
Komentar
Posting Komentar