Aku merasa seperti orang asing di sini. Seperti tak diperhatikan dan tak dianggap itu sedikit menyakitkan. Aku hanya berusaha bertahan. Bertahan dan bertahan.
"Aaaaaaaargh! Ujian mid semester sebentar lagi! Tapi banyak hal yang musti aku lakukan selain mempersiapkan hal itu." Pagi ini aku ingin share tentang ketidakfokusanku terhadap activity daily live aku sekarang ini. Beberapa bulan belakangan aku dihadapkan pada hal-hal yang sangat krusial bagi hidupku, dan semuanya itu datang pada waktu yang berdekatan. Bahkan mungkin bersamaan! Aku sudah memasuki semester tujuh, itu artinya tahun ini aku menginjak tingkat akhir. Aku pikir semua orang tahu kalau tingkat akhir bisa dibilang momen yang membahagiakan sekaligus mendebarkan bagi mahasiswa. Dikatakan momen yang membahagiakan karena artinya sebentar lagi kita akan segera bebas dari dunia perkuliahan, tapi di sisi lain tingkat akhir juga momen yang mendebarkan karena sebelum kita "angkat kaki" dari kampus kita harus menyelesaikan banyak tugas sebagai syarat untuk melepas almamater.
Pagi ini perasaanku sudah sedikit lebih baik dari kemarin. Setidaknya aku sudah mau menulis. Kemarin aku merasa sangat sedih. Berawal dari keingintahuanku terhadap kompetisi video yang diadakan oleh suatu majalah. Dalam kompetisi itu peserta diwajibkan mendeskripsikan passionnya secara kreatif mungkin plus menunjukkan bukti dari pencapaian passionnya. Mulanya aku sangat excited , tapi setelah melihat contoh-contoh video dari para pemenang terdahulu dan video yang sudah diupload oleh peserta lain entah kenapa hatiku tiba-tiba merasa sedih. Aku tidak memikirkan apa-apa, aku hanya sedih. Rasa minder itu muncul tanpa kuundang. Mungkin aku terkena serangan sindrom rendah diri. Aku merasa bahwa aku tidak memiliki apa-apa dibandingkan mereka yang mengikuti kontes itu. Mereka sudah berada beberapa level di atasku dan mereka sudah banyak pencapaian. Sedangkan aku? Aku pikir selama ini tidak banyak yang sudah aku capai. Seketika itu juga aku menjadi semakin minder. Mungkin pepatah yang cocok un...
19 Juni 2016 Sepulang misa tadi, aku dan ibuku pergi ke pasar yang jaraknya tak jauh dari gereja. Berbagai macam masakan yang dijual oleh ibu parubaya berwajah oriental seolah memanggilku minta dibeli. Pilihanku jatuh pada masakan kulit babi yang ditumis kuah dengan tomat dan bombay. Sebelumnya aku sudah sering membeli masakan itu dan menurutku rasanya sangat enak! “Pasti cocok untuk sarapanku pagi ini”, gumamku dalam hati. Aku langsung memindahkan makanan yang kubeli itu ke dalam mangkok saat tiba ke rumah. Perutku yang sudah keroncongan membuatku tanpa ba bi bu lagi menyendok nasi dari magic jar untuk kusantap bersama kulit babi tadi. Ada juga sop darah babi yang ibuku beli di kantin dekat gereja, dan telur dadar isi sisa semalam. Tak lupa kupanjatkan doa dan syukur sebelum makan. Pada suapan pertama, aku sengaja memejamkan mata, merasakan makanan yang sudah bercampur mendarat di lidahku. Betapa lezatnya! Aaah… Aku merasakan cinta Tuhan di setiap kunyahanku. That’s a simple thi...
Komentar
Posting Komentar