Doa Membuat Segalanya Menjadi Lebih Baik

Sekitar tiga puluh menit yang lalu aku mendapat kabar yang kurang menyenangkan. Lewat pesan singkat pihak lembaga dimana aku melamar pekerjaan memberitahuku bahwa aku belum lolos untuk tahap tes selanjutnya. Belum habis aku membaca pesan itu air mataku langsung menggenang di pelupuk mataku. Tak dapat kubendung lagi perasaan sedih yang menyelimuti hatiku. Rasanya seperti diiris-iris, begitu ngilu dan perih. Entah sejak kapan hampir seluruh wajahku menjadi basah oleh air mataku. Bahuku naik turun karena tersedu sedan. Aku merasakan kekecewaan yang amat mendalam. Saat aku menangis aku tahu bahwa ini tidak apa-apa, daripada aku harus bersikap sok tegar. Aku tidak memikirkan apapun, aku hanya sedih, aku hanya menangis.
Tak lama kemudian Erik meneleponku dan menanyakan kabarku. Aku langsung menceritakan kepadanya tentang apa yang baru saja aku tahu. Sebuah pesan singkat yang membuatku menangis selama hampir lima menit. Dari seberang Erik menyampaikan kekecewaannya juga, karena ia dan aku sama-sama malamar di tempat itu dan sama-sama tidak lolos juga. Dengan pengertian Erik mengatakan bahwa tidak masalah jika aku sedih. Ia pun membutuhkan waktu untuk menenangkan diri dan memikirkan rencana selanjutnya. Karena ia masih ada tanggung jawab lain, ia tak bisa meneleponku lama-lama.
“Jangan menangis lagi, ya. Lama-kelamaan sayang akan terbiasa dengan hal semacam ini. Maklum ini kan baru pertama kalinya sayang melamar pekerjaan.” Itu pesan terakhirnya kepadaku sebelum ia menutup telepon.
Dan dengan suara terisak-isak aku mengiyakan permintaannya. Begitu sambungan telepon berakhir, aku langsung mengangkat tanda kemenangan. Kuperhatikan napasku agar menjadi lebih teratur, dan aku mulai bercerita kepada Tuhan.
“Aku yakin bahwa Tuhan telah menyediakan rencana yang lebih indah buatku.”
Sesaat setelah aku selesai berdoa, mendadak semuanya terlihat baik. Aku tidak ingin menangis lagi, bagaikan badai laut yang segera reda begitu Yesus datang dan membentangkan tangan-Nya. Aku berbaring dan merilekskan sekujur tubuhku. Aku melihat persoalan ini dengan sudut pandang yang baru, aku malah tertawa mengingat tingkahku barusan. Betapa mudahnya aku dipermainkan oleh hidup. Memangnya kenapa jika aku tidak langsung bekerja sekarang? Apakah itu akan membuatku jatuh miskin dan tidak bisa bernapas? Apakah itu membuat hidupku berakhir? Tidak sama sekali. Laksana burung yang tidak mencemaskan hari esok, ia tahu bahwa ia cukup makan.
Keadaan memang mudah berubah, kenyataan tak selalu sejalan dengan harapan. Tapi aku lega karena semuanya telah terungkap, bahwa aku tidak diterima bekerja di situ. Aku bisa segera membuat rencana baru dan belajar dari pengalaman yang telah kulalui.  Aku bisa menyelaraskan “tempoku” dengan “tempo Tuhan”. Tidak ada yang harus terburu-buru. Jalani dan nikmati apa yang ada di hadapanku sekarang. Biarkan semuanya menjadi sebagaimana mestinya karena aku percaya semuanya akan menjadi indah pada waktu-Nya…

Pontianak, 4 Januari 2017

15.30 wib

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kenapa Berhenti?

OMG, Kulitku Iritasi! Gimana Dong?

I Miss The Real, Simple, and Deep Friendship