Semakin Mama Begitu, Semakin Aku Termotivasi

Gambar dari google.com 

Aku paham bahwa semua orang tua akan seperti itu, ia menginginkan kehidupan dan masa depan anaknya terjamin. Tapi yang perlu digarisbawahi bahwa tidak semua yang dikatakan orang tua adalah kebenaran mutlak. Semakin kita berpendidikan, semakin kita harus berpikir kritis, terhadap pendapat orang lain, termasuk pendapat orang tua kita, bahkan terhadap pikiran kita sendiri. Walaupun saya sendiri masih dalam proses belajar, tapi saya merasakan dampak dari usaha berpikir kritis ini. Namun bukan berarti kita menjadi anak yang tidak patuh dan tidak hormat dengan orang tua, kita hanya perlu bijak menanggapinya.



Di suatu sore dengan gaya bicara yang menggebu-gebu, ibu saya menyarankan saya untuk melamar pekerjaan di sebuah rumah sakit yang ada di Pontianak. Hal ini sangatlah wajar mengingat saya memang lulus dari jurusan keperawatan. Mendengar hal itu, jantung saya sedikit deg-degan karena saya bertekad untuk keluar dari "dunia" itu "sebisa" mungkin. Bukan apa-apa, saya hanya tidak mau mengulang kesalahan yang sama. Saya tidak ingin menjalani sesuatu karena terpaksa, karena takut apa kata orang, karena takut masa depan saya akan suram, karena takut dimarah orang tua, karena takut saya akan jatuh miskin karena tidak mendapat pekerjaan. Saya ingin menjalani sesuatu yang berasal dari hati, klise memang. Tapi saya sadari saya tidak akan pernah bisa membahagiakan orang tua saya, kalau saya sendiri saja belum bahagia. Saya tidak bisa menjadi baik kepada orang lain kalau terhadap diri saya sendiri saja masih belum baik. Karena itulah, semakin ibu saya sering membicarakan masalah pekerjaan, semakin terbakar api motivasi saya untuk menekuni bidang yang saya cintai. Saya tahu saya hanya perlu membuktikan bahwa minat saya tidak main-main, dan dari hal ini saya bisa menghasilkan sesuatu. Menjadi penulis mungkin tidak menjamin saya menjadi kaya, menjadi penulis mungkin tidak menjamin saya menjadi gampang mendapat pekerjaan atau memiliki masa depan yang terjamin, tapi hidup terlalu singkat hanya untuk menjadi "robot".

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kenapa Berhenti?

OMG, Kulitku Iritasi! Gimana Dong?

I Miss The Real, Simple, and Deep Friendship